Wartajakarta.id – Penanganan kasus Covid-19 di Tiongkok mendapat kecaman dari warga. Hal itu bermula dari meninggalnya balita laki-laki berusia 3 tahun yang terlambat mendapatkan penanganan medis. Sang ayah, Tuo Shilei, menceritakan, Wenxuan, anaknya, sakit setelah sang istri terpeleset dan jatuh saat memasak pada Selasa (1/11). Diduga, dia keracunan karbon monoksida. Tuo mencoba menghubungi polisi dan ambulans, tapi tidak ada yang mengangkat.
Setelah 30 menit, kondisi putranya memburuk. Tuo melakukan CPR, lalu menggendong putranya untuk keluar mencari pertolongan. Namun, penjaga melarangnya keluar dan memintanya menghubungi otoritas setempat atau ambulans. Seperti diketahui, wilayah Lanzhou di-lockdown selama tiga pekan terakhir.
Panik, Tuo menabrak pembatas dan naik taksi ke rumah sakit. Sayangnya, begitu mereka sampai di rumah sakit, dokter tidak bisa menyelamatkan nyawa Wenxuan. ’’Tidak ada bantuan yang diberikan. Serangkaian kejadian itu membuat anak saya tewas,’’ ujar Tuo.
Berbicara kepada BBC, Tuo Shilei, ayah bocah itu, mengkritik kebijakan Covid-19, dengan mengatakan bahwa pengendalian pandemi terlalu jauh ketika dia berjuang untuk membawa anaknya, Wenxuan, dari kompleks perumahannya ke rumah sakit dan membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
“Penyebab kematian putra saya adalah kecelakaan. Tapi, selama seluruh proses permintaan bantuan kami, ada penghindaran tanggung jawab dan melalaikan tugas,” ucap Tuo yang tinggal bersama keluarganya di Kota Lanzhou di provinsi Gansu, mengatakan BBC.
Dalam wawancara terpisah dengan Reuters, ayah berusia 32 tahun itu menyalahkan kebijakan nol Covid di Tiongkok atas kematian anaknya. Tuo mengatakan bahwa Wenxuan dibunuh secara tidak langsung.
“Ada pemeriksaan di pos terkait penanganan Covid-19. Staf tidak bertindak, dan kemudian mengabaikan dan menghindari masalah, dan kemudian kami diadang di pos pemeriksaan lain,” kata Tuo kepada Reuters.
Terkait insiden itu, polisi setempat mengeluarkan pernyataan untuk mengonfirmasi insiden tersebut dan mengungkapkan bahwa Wenxuan meninggal karena keracunan karbon monoksida. Dengan pernyataan itu, kemarahan publik meledak. Beberapa warga yang marah turun ke jalan untuk memprotes kebijakan ketat nol Covid di Lanzhou, yang telah di-lockdown sejak Oktober.
(jp)