Kabar mengkhawatirkan datang dari India baru-baru ini. India sedang mengalami pandemi superbugs atau bakteri super yang tidak mempan dengan antibiotik. Istilah kerennya, India sedang dirundung pandemic of antibiotics-resistant superbugs.
Ahli Spesialis Penyakit Dalam Prof Zubairi Djoerban dalam kicauannya mengatakan kisah dimulai dari India sebelah barat, di mana terjadi infeksi di sebuah rumah sakit di Maharashtra dan para dokter berjibaku dengan ruam infeksi superbug yang kebal antibiotik. Bahkan di Kolkata, 6 dari 10 pasien yang dirawat di ICU sudah tidak mempan antibiotik.
“Kumannya macam-macam,” katanya seperti sudah dikonfirmasi, Kamis (13/10).
Parahnya, setiap bakteri yang menyerang, memicu pasien masuk ICU dan harus dipasangi ventilator. Ada yang disebut Staphylococcus aureus dan Acinetobacter baumannii. Keduanya ini menyebabkan pneumonia.
“Efeknya terhadap pasien ya harus dipasang ventilator dan berisiko meninggal,” ungkap Prof Zubairi.
“Bisa juga kuman bernama e.coli (Escherichia coli) maupun Klebsiella pneumoniae. Ini juga menyebabkan orang harus dipasang ventilator,” sambungnya.
Di beberapa kasus di India didapati bahwa ada juga yang resistan terhadap antibiotik yang kuat dan yang baru bernama Carbapenem. Data menunjukkan kalau setahun terakhir telah terjadi kenaikan 10 persen yang resisten dan ini masalah berat banget di dunia, khususnya di India.
“Sebut saja di Kolkata. Tadinya semua orang yang terinfeksi di sana, 65 persennya berhasil diatasi dengan antibiotik lini 1. Nah, sekarang turun. Yang berhasil diobati dengan antibiotik lini 1 itu cuma 43 persen. Jadi ini masalah serius,” tambahnya.
Menurut Prof Zubairi, resisten terhadap antibiotik ini sebetulnya masalah natural. Artinya bakteri kan prinsipnya juga ingin tetap hidup, sehingga membuat dirinya menjadi resisten terhadap antibiotik.
Namun, menjadi masalah besar, ketika angka kejadiannya amat dipercepat oleh salah guna antibiotik. Salah guna yang dimaksud adalah antibiotik yang digunakan tidak pada tempatnya.
Misalnya infeksi virus, tapi dikasihnya antibiotik. Pada awal pandemi Covid-19, banyak sekali pasien mendapat antibiotik macam-macam, yang menyebabkan perubahan dalam resistansi kuman.
Dampaknya, kata dia, pasien menjadi lebih lama saat dirawat di rumah sakit akibat kekebalan si bakteri. Karena lama di rumah sakit, biaya untuk pasien menjadi bertambah, dan angka kematian juga menjadi lebih tinggi.
“Kebal terhadap antibiotik bisa terjadi di manapun. Bisa di India, Amerika, Indonesia, dan ke siapa saja. Tidak tergantung usia. Contohnya di India tadi,” ujarnya.
(jp)