Pasca insiden ledakan bom di jembatan Krimea, sebanyak 8 orang ditahan. Dari 8 orang yang ditangkap, terdapat warga Rusia. Ledakan jembatan yang menghubungkan Krimea dengan Rusia itu menandai titik kritis dalam invasi Moskow ke Ukraina.
Layanan Keamanan Federal Rusia (FSB) mengklaim departemen intelijen utama Kementerian Pertahanan Ukraina, Kepala Kyrylo Budanov, dan karyawan serta agennya mengorganisir serangan di jembatan jalan dan rel Selat Kerch. Mereka menyebut serangan itu sebagai serangan teroris.
”Saat ini, 5 warga Rusia, 3 warga Ukraina dan Armenia, yang berpartisipasi dalam persiapan kejahatan, telah ditahan sebagai bagian dari kasus pidana,” kata laporan FSB dan Komite Investigasi Rusia, menurut RIA Novosti.
”Alat peledak itu disembunyikan dalam gulungan dengan film konstruksi polietilen pada 22 palet dengan berat total 22.770 kilogram,” tambah laporan FSB.
Ukraina belum secara terbuka mengomentari klaim baru FSB dan Komite Investigasi Rusia. Ledakan jembatan Krimea selama akhir pekan menjadi pukulan besar. Jembatan itu penting karena menghubungkan wilayah Krasnador Rusia dengan semenanjung Krimea, yang dianeksasi Rusia dari Ukraina pada 2014.
Jembatan itu jalur penting untuk memasok Krimea dengan kebutuhan sehari-hari dan pasokan untuk militer. Selama beberapa bulan terakhir, puluhan kendaraan konvoi militer Rusia telah menggunakan jembatan tersebut untuk membawa kendaraan, besi, dan bahan bakar.
Lalu lintas mobil dan kereta api yang terbatas telah normal kembali. Namun, kendaraan yang lebih besar seperti truk berat, van, dan bus bepergian dengan feri.
Pejabat Rusia sebelumnya mengklaim ledakan itu disebabkan sebuah truk yang meledak di jembatan jalan. Kini lalu lintas pasca ledakan berangsur normal meski rute alternatif melalui Mariupol juga dibuka.
(jp)