Serangan udara jet tempur tentara Myanmar menyerang konser kelompok pemberontak etnis yang menandai berdirinya Organisasi Kemerdekaan Kachin. Tentara menyerang konser itu dan menewaskan 60 orang.
Kelompok pemberontak mengatakan warga sipil di antara mereka yang tewas dalam serangan udara. Kolonel Naw Bu mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa dua jet militer Myanmar menyerang upacara yang diadakan Tentara Kemerdekaan Kachin (KIA) di negara bagian Kachin sekitar pukul 20.40 (14.40 GMT) pada Minggu (23/10).
”Sekitar 50 orang tewas termasuk anggota KIA dan warga sipil,” kata Naw Bu, seraya menambahkan bahwa sekitar 70 orang terluka seperti dilansir dari Al Jazeera, Selasa (25/10).
Seorang juru bicara KIA, berbicara kepada The Associated Press melalui telepon, menyebutkan korban tewas lebih dari 60 orang. Sebanyak 100 orang terluka dalam serangan pada hari pertama perayaan 3 hari berdirinya Organisasi Kemerdekaan Kachin, yang digelar dalam sebuah konser.
Pesawat militer menjatuhkan 4 bom pada perayaan itu. Antara 300 dan 500 orang hadir, dan seorang penyanyi Kachin dan pemain keyboard termasuk di antara yang tewas.
Mereka yang tewas termasuk perwira dan tentara Kachin, musisi, dan pemilik bisnis penambangan batu giok, dan warga sipil lainnya. Mereka juga termasuk 10 VIP militer dan pelaku bisnis Kachin yang duduk di depan panggung, dan juru masak yang bekerja di belakang panggung.
Belum ada komentar dari militer atau media pemerintah di Myanmar yang dikuasai militer. Kantor PBB di Myanmar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka sangat prihatin dan sedih dengan laporan serangan udara tersebut.
Myanmar telah berada dalam kekacauan politik sejak pengambilalihan militer Februari 2021, yang disambut dengan protes nasional. Menurut kelompok hak asasi Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, yang mendokumentasikan pembunuhan dan pelanggaran hak asasi manusia di Myanmar, setidaknya 2.370 orang telah tewas dan lebih dari 15.900 ditangkap sejak kudeta.
(jp)