Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis lima obat sirup yang mengandung zat berbahaya melebihi batas ambang.
Orang tua harus lebih peka dan memantau anak minimal 5-9 hari
Lima obat sirup tersebut terdiri dari Termorex Sirup, Flurin DMP Sirup, Unibebi Cough Sirup Unibebi Demam Sirup, dan Unibebi Demam Drops. Produk obat tersebut dinyatakan melebihi batas cemaran Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG).
Dalam rilisnya, BPOM menjelaskan terdapat zat kimia yang seharusnya tidak ada dalam obat-obatan sirup seperti propilen glikol, polietilen glikol,
sorbitol dan glisering atau liserol. Kalaupun ada harus sangat sedikit kadarnya.Heru Pastikan Kesiapan Labkesda DKI Jadi Rujukan Pemeriksaan Toksikologi
Adapun zat kimia berbahaya yang ditemukan pada obat sirup dan menyebabkan pasien anak mengalami gagal ginjal akut seperti ethylene glycol, diethylene glycol, ethylene glycol butyl ether.
Saat ini, BPOM masih melakukan sampling dan pengujian terhadap 69 produk obat yang diduga mengandung cemaran EG dan DEG.
Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Widyastuti membuat imbauan sementara kepada seluruh jajaran RSUD dan puskesmas untuk menghentikan pemberian sirup pada anak.
Imbauan tersebut berdasarkan laporan klinis pada 17 Oktober 2022 lalu yang melihat adanya pola serupa pada pasien-pasien yang dirawat dengan adanya riwayat penggunaan obat sirup merek tertentu.
Widyastuti mengatakan, jumlah kasus saat ini bisa jadi fenomena gunung es dan yang terdeteksi gejala berat saja. Pihaknya menilai, jika EG dan DEG berperan menjadi salah satu faktor, maka bisa jadi gejala ringan yang menyerang persarafan atau otak tidak terdeteksi seperti pusing, mudah lelah.
“Orang tua harus lebih peka dan memantau anak minimal 5-9 hari dari konsumsi obat sirup terakhir. Bahkan gejala keracunan EG dan DEG ini ada yang onsetnya cepat bisa hitungan jam 12-72 jam dari terpapar,” ungkap Widyastuti, Selasa (25/10).
Ia menjelaskan, belajar dari Gambia, ada beberapa faktor penyebab gangguan ginjal akut atau Acute Kidney Injury (AKI). Antara lain bakteri, baik dari pernapasan dan pencernaan; toksin obat; malnutri (status gizi kurang).
“Terkait bakteri sebagai faktor penyebab, maka itu kualitas makanan dan air bersih sangat penting. Jangan tercemar bakteri e.coli, shigella, dan lain-lain. Masak air dan makanan sampai matang,” ucap Widyastuti.
Widyastuti meminta masyarakat agar menjaga imunitas tetap baik dengan makanan bergizi, pola hidup sehat, cuci tangan rajin, jaga kesehatan lingkungan termasuk kebersihan air dan makanan.
“Kondisi pancaroba atau cuaca membuat imunitas manusia menurun dan kuman lebih mudah masuk ke dalam tubuh. Mencegah sakit dan deteksi dini adalah kunci utama pencegahan AKI,” kata Widyastuti.
Hal senada disampaikan Ahli Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Rianto. Ia menyampaikan, ada beberapa kemungkinan kondisi anak intoksikasi EG dan DEG seperti bahan baku tercemar dan obat yang dibuat palsunya.
“Termasuk anak yang senang mengkonsumsi makanan lain seperti gula, es krim,” ucap Rianto.
Rianto menerangkan, jika sudah kerusakan ginjal karena toksin maka akan permanen dan tidak bisa dikoreksi bahkan dengan antidotum fomepizole dan angka kematian akan tinggi.
“Pada kondisi fomepizole terbatas, bisa diberikan tatalaksana awal dengan Etanol sebagai obat awal yang lazim digunakan. Etanol yang dipakai, bukan Metanol,” ungkap Rianto.
Ia mengimbau masyarakat khusunya para orang tua supaya waspada dan melakukan deteksi dini.
“Jangan terlambat, karena kalau sudah terjadi gagal ginjal permanen, bahkan antiodotum pun tidak akan bisa membantu,” tandasnya.