Wartajakarta.id – Para korban selamat merasakan trauma yang mendalam saat menyadari bahwa mereka berhasil keluar dari lautan manusia tragedi Itaewon, Seoul, Korea Selatan dalam perayaan Halloween akhir pekan lalu. Para korban menyebut kerumunan itu sebagai lautan manusia yang membuat korban terjepit sehingga mati lemas.
“Saya terjebak di gang, menyaksikan orang mati. Merasa ngeri saat menyaksikan teman-teman dan orang lain mati lemas di sebuah gang ketika musik dansa menggelegar di malam hari,” kata seorang korban selamat bernama Nuhyil Ahammed kepada BBC.
“Orang-orang mulai mendorong dari belakang, itu seperti ombak, tidak ada yang bisa Anda lakukan,” imbuh Nuhyil Ahammed.
“Saya tidak bisa tidur sejak semalam. Saya masih terbayang melihat orang-orang sekarat di depan saya,” ungkapnya.
Pria berusia 32 tahun itu mengatakan dia terjebak dalam kerumunan dan tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan orang lain atau diri sendiri. Ahammed membagikan pengalaman traumatis di Instagram.
Rekaman menunjukkan orang-orang, kebanyakan remaja berusia 20-an, berjejalan di gang sempit sehingga mereka tidak bisa bergerak. Mereka kemudian mulai terdorong ke segala arah. Beberapa terjtuh dan terseret ke jalan dan banyak yang tidak bisa bernapas.
Ahammed adalah seorang pekerja IT dari India yang tinggal di Seoul. Ia mengatakan telah menghadiri pesta Halloween di Korsel selama lima tahun terakhir.
Perayaan sebelum pandemi ada lebih banyak polisi di daerah itu. Akan tetapi, tahun ini kerumunan itu tak bisa dikontrol.
Ahammed ada di sana bersama teman-temannya dan mengatakan itu adalah tempat nongkrong yang populer bagi para pengunjung pesta dan acara festival lain. “Bahkan, jika Anda berdiri diam, seseorang mendorong Anda dari depan dan seseorang dari belakang. Itu terjadi beberapa kali. Saya menyadari ada sesuatu yang salah. Saya merasa takut akan terjadi sesuatu,” katanya.
Ahammed menceritakan sempat jatuh, tetapi berhasil berjalan ke sisi gang. Ada seorang perempuan yang memberinya isyarat. “Dia memberi isyarat kepada saya dan saya berhasil naik ke anak tangga yang tinggi,” katanya.
“Orang-orang tercekik, berteriak, terjepit, jatuh, terlalu banyak orang,” ungkapnya.
“Saya berada di tangga menyaksikan semua yang terjadi. Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tidak ada yang bisa kita lakukan,” tuturnya.
Dia mengatakan merasa tidak berdaya ketika melihat orang-orang berdesakan. Dia khawatir tentang teman-temannya dan dia mencoba menelepon mereka tetapi tidak menjawab. Ia tidak sepenuhnya menyadari apa yang terjadi sampai kerumunan bubar dan ambulans tiba.
Tak Teridentifikasi
Menteri Dalam Negeri Korea Selatan Lee Sang-min mengatakan para pejabat tidak mengantisipasi kerumunan seperti itu di gang sempit Itaewon. Dia mengatakan banyak petugas sebenarnya telah dikerahkan di tempat lain di ibu kota pada Sabtu (29/10) malam.
“Saya tidak yakin tentang jumlah pasti personel polisi yang dikerahkan ke Itaewon, tetapi sejumlah besar telah dikerahkan di Gwanghwamun dimana kerumunan besar juta terjadi,” katanya dalam sebuah pengarahan.
Lee mengatakan beberapa korban tidak teridentifikasi karena mereka berusia di bawah 17 tahun atau tidak memiliki identitas dewasa. Presiden Yoon Suk-yeol telah menyerukan penyelidikan atas penyebab kerumunan itu dan menyatakan masa berkabung nasional.
(jp)