Wartajakarta.id – “Ini adalah bencana buatan manusia yang dipicu kurangnya kesadaran tentang keselamatan.” Pernyataan itu dilontarkan Shin Dong-min, seorang profesor di Korea National University of Transportation, terkait insiden saling injak di Distrik Itaewon, Seoul, Korsel, Sabtu (29/10).
Menurut dia, vendor dan pemerintah Itaewon seharusnya memiliki persiapan lebih baik untuk menghadapi lonjakan pengunjung.
“Saat itu 10 kali lebih ramai daripada biasanya,” ujar Moon Ju-young, salah seorang saksi mata. Para pemilik kafe, kelab, dan toko di Itaewon juga mengakui bahwa mereka tidak pernah melihat pengunjung sebanyak itu sebelumnya.
Setiap tahun memang ada perayaan Halloween di distrik yang terkenal akan kehidupan malamnya itu. Tapi, ini kali pertama dalam tiga tahun terakhir, pengunjung tak perlu memakai masker maupun menjaga protokol kesehatan. Pihak terkait sudah tahu bakal ada lonjakan pengunjung. Tapi, kemungkinan tidak ada yang memperkirakan jumlahnya mencapai 100 ribu orang lebih. Karena itu, polisi yang dikerahkan untuk menjaga lokasi hanya 200 orang.
Jumlah petugas yang minim tersebut berdampak luar biasa. Sebab, mereka tidak bisa merespons dengan cepat kejadian di lokasi. Jalanan yang penuh dengan pengunjung juga membuat rombongan mobil polisi, pemadam kebakaran, dan ambulans yang menuju lokasi tidak bisa masuk. Dalam beberapa video amatir, tampak polisi sampai harus naik ke atap mobil untuk meminta pengunjung minggir dan memberikan jalan bagi petugas.
Situasi di Itaewon saat itu memang sudah karut-marut karena begitu ramainya. Banyak pengunjung yang abai dan sibuk dengan dirinya sendiri. Hanya beberapa meter dari lokasi kejadian, orang-orang tetap berpesta dan menari. Padahal, saat itu polisi tengah kewalahan mengeluarkan orang-orang yang tertumpuk satu sama lain.
’’Itu mengerikan. Tidak semua orang mati seketika. Mereka masih menarik orang (keluar) karena sangat ramai. Ada juga orang-orang yang masih berpesta di jalanan. Pada dasarnya mereka tidak menyadari apa yang sedang terjadi,’’ ujar Emily Farmer, salah seorang saksi mata.
Para pakar menyatakan bahwa dalam banyak kasus orang terinjak, mereka meninggal karena henti jantung akibat kekurangan oksigen. Keterlambatan pertolongan pertama menentukan hidup dan mati para korban. Ada peluang selamat selama 4 menit setelah jantung terhenti. Peluang itu tidak bisa dimanfaatkan karena lambatnya kedatangan tim penyelamat akibat jalan yang terblokade.
Kementerian Dalam Negeri Korsel memaparkan bahwa demo di Distrik Gwanghwamun, Seoul, juga membuat konsentrasi polisi terpecah. Banyak petugas yang dikerahkan ke lokasi demo saat insiden di Itaewon terjadi. Beberapa orang di lokasi membantu melakukan resusitasi jantung paru (CPR).
’’Saya tidak bisa menahan air mata saat tidak ada seorang pun yang menawarkan bantuan, tapi terus memvideo,’’ ujar salah seorang pengunjung yang dimintai tolong petugas di lokasi untuk membantu CPR.
Badan Kepolisian Metropolitan Seoul melaporkan ada kenaikan jumlah korban jiwa. Hingga tadi malam (30/10) sudah mencapai 154 orang. Perinciannya, 98 perempuan dan 56 laki-laki. Seluruh keluarga korban sudah dihubungi, kecuali satu korban yang belum teridentifikasi.
Kementerian Dalam Negeri mengungkapkan bahwa 20 warga asing termasuk dalam korban tewas. Mereka berasal dari AS, Uzbekistan, Austria, Norwegia, Vietnam, Kazakhstan, Iran, Rusia, dan Sri Lanka. Otoritas setempat juga menerima lebih dari 2.600 laporan orang hilang.
’’Saya sangat sedih atas hilangnya begitu banyak nyawa tadi malam, termasuk dua pemuda AS yang berpesta bersama teman-teman Korea mereka dan yang lainnya dari seluruh dunia,’’ ujar Duta Besar AS untuk Korsel Philip Goldberg.
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol mengumumkan masa berkabung nasional. Dia menegaskan bahwa tragedi di Itaewon seharusnya tidak terjadi. ’’Pemerintah akan menyelidiki secara menyeluruh penyebab insiden itu dan membuat perbaikan untuk memastikan kecelakaan yang sama tidak terjadi lagi di masa depan,’’ ujarnya seperti dilansir Agence France-Presse. Yoon datang untuk meninjau lokasi secara langsung.
Wali Kota Seoul Oh Se-hoon juga memperpendek lawatannya ke Eropa dan bergegas pulang. Dia menyatakan bahwa altar peringatan akan didirikan di Seoul Plaza mulai pagi ini sehingga masyarakat dapat memberikan penghormatan kepada para korban.
—
HOROR MENGERIKAN DI MALAM HANTU-HANTUAN
- Distrik Itaewon, Seoul, Korsel terkenal dengan perayaan Halloween tahunan. Ini perayaan pertama tanpa masker dalam tiga tahun sejak pandemi Covid-19.
- Lebih dari 100 ribu orang datang ke Itaewon. Sekitar 200 lebih petugas kepolisian dikerahkan sepanjang 28–31 Oktober untuk mencegah aksi kejahatan.
- Insiden saling berdesakan terjadi pada 29 Oktober pada pukul 22.15–22.22. Sebanyak 151 orang meninggal, 19 di antaranya berasal dari Iran, Uzbekistan, Tiongkok, dan Norwegia.
- Mayoritas korban perempuan dan berusia belasan hingga awal 20-an tahun.
- Ratusan orang terluka, 19 orang di antaranya dalam kondisi kritis. Sebanyak 15 korban luka bukan warga Korsel.
- Sebanyak 1.700 personel dari seluruh Korsel dikerahkan untuk melakukan evakuasi. Termasuk 520 pemadam kebakaran, 1.100 polisi, dan 70 petugas pemerintah.
- Dipastikan insiden ini terjadi bukan karena terkait narkoba ataupun kebocoran gas.
Sumber: Koreaboo, The Guardian
(jp)