Wartajakarta.id – Populasi Tiongkok menyusut dalam 6 dekade terakhir. Hal itu terlihat dari angka lansia yang meningkat, sementara angka kelahiran menyusut. Kebijakan program 1 anak dan juga biaya hidup serta pendidikan yang semakin mahal, membuat warga Tiongkok berpikir ulang menambah momongan atau memiliki anak.
Ahli demografi mengatakan Tiongkok memiliki berbagai pilihan yang tersedia untuk meningkatkan tingkat kesuburan dan memperlambat laju penurunan populasinya. Misalnya mulai dari menghapus kebijakan keluarga berencana hingga meningkatkan cuti melahirkan hingga meningkatkan kesetaraan gender di tempat kerja.
Jumlah bayi baru lahir turun menjadi 9,56 juta, pertama kali angkanya turun di bawah 10 juta. Berikut adalah tujuh saran dari para ahli seperti dilansir dari South China Morning Post, Minggu (29/1).
1. Stop kebijakan keluarga berencana
Efek dari penghapusan kebijakan keluarga berencana Tiongkok dan pembatasan kelahiran masih bisa diperdebatkan. Survei dan penelitian independen menunjukkan hanya sejumlah kecil pasangan yang ingin memiliki lebih dari tiga anak, karena sebagian besar terhambat oleh biaya hidup dan kurangnya dukungan pengasuhan anak.
“Tetapi mengakhiri kebijakan tiga anak dan mendorong kelahiran tanpa batas akan menunjukkan perubahan total dalam kebijakan,” kata ahli demografi independen He Yafu.
2. Insentif Tunai
Selama dua tahun terakhir, otoritas di seluruh Tiongkok telah meluncurkan insentif keuangan untuk mendorong pasangan memiliki anak. Tahun ini, orang tua yang memiliki anak ketiga atau lebih di Shenzhen berhak mendapatkan tunjangan tunai sebesar 19.000 yuan (USD 2.800) hingga anak tersebut berusia tiga tahun. Di Jinan, ibu kota provinsi Shandong timur, ibu yang melahirkan anak kedua atau ketiga tahun ini akan menerima subsidi pengasuhan anak sebesar 600 yuan setiap bulan sampai dia berusia tiga tahun.
3. Mengubah sikap publik
Sejak kebijakan satu anak diberlakukan pada 1980-an, pesan umum yang diterima masyarakat adalah semakin sedikit anak semakin baik. Meskipun ditinggalkan pada Januari 2016 demi kebijakan dua anak, kebijakan ini telah mengubah pemikiran generasi kekinian.
4. Jadikan sekolah lebih terjangkau
Anak-anak di Tiongkok memenuhi syarat untuk masuk taman kanak-kanak setelah berusia tiga tahun, tetapi biaya untuk banyak keluarga pekerja dan kelas menengah merupakan beban yang sangat besar. Pangsa taman kanak-kanak umum yang murah di Tiongkok turun dari 77 persen dari total pada tahun 1997 menjadi 38,4 persen pada tahun 2019, menurut data dari Kementerian Pendidikan.
5. Meningkatkan hak-hak perempuan di tempat kerja
Perempuan menikah dengan anak-anak lebih rentan terhadap diskriminasi di pasar kerja. Banyak yang terpaksa memilih antara anak-anak dan karier mereka, karena perempuan yang menginginkan sebuah keluarga sering tertahan di tahap awal karier mereka karena tanggung jawab mengasuh anak.
6. Lebih banyak penelitian
Tidak ada cukup data untuk benar-benar memahami mengapa orang Tiongkok enggan memiliki bayi. Wakil presiden Asosiasi Penduduk China dan seorang profesor demografi di Universitas Nankai di Tianjin Yuan Xin mengatakan perlu ada penelitian apa faktor lain selain harga rumah yang tinggi, dan pendidikan yang mahal.
7. Tingkatkan cuti melahirkan
Mengingat skala krisis demografi, provinsi di seluruh negeri telah mulai meningkatkan hak cuti pekerja. Beijing, misalnya, menambahkan 60 hari cuti hamil efektif November 2021, sehingga totalnya menjadi 158. Cuti melahirkan adalah 15 hari.
(jp)