Wartajakarta.id – Presiden Vladimir Putin mengatakan 50.000 tentara Rusia hasil program mobilisasi parsial atau wajib militer kini bergabung dengan unit-unit petempur di Ukraina. Mereka siap melawan tentara Ukraina.
Dengan bergabungnya 50.000 tentara hasil wajib militer, maka sebanyak 80.000 personel kini ditempatkan di zona operasi militer khusus. Ini merupakan istilah yang digunakan Rusia untuk menyebut perang di Ukraina.
Sementara, sisa dari hampir 320.000 personel wajib militer masih di kamp-kamp pelatihan di Rusia. “Ada 50.000 personel dari wajib militer di unit-unit petempur. Sisanya belum ikut dalam pertempuran,” kata Putin seperti dikutip Interfax, saat ia melakukan lawatan ke Tver, wilayah di luar Moskow.
Putin mengumumkan program mobilisasi parsial pada September lalu guna memanggil ratusan ribu petempur baru untuk berperang setelah Ukraina berhasil merebut kembali banyak wilayah di negara itu. Program mobilisasi parsial yang digagas Putin tersebut telah mendorong ratusan ribu warga Rusia melakukan eksodus dan unjuk rasa anti-perang.
Pekan lalu, Putin mengatakan hampir 320.000 orang berhasil direkrut berdasarkan program tersebut. Dan, 50.000 orang telah dikirimkan ke Ukraina. Rusia pada akhir Oktober mengakhiri program mobilisasi parsial.
Zelensky Ogah Hadir
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyatakan sikap terkait pertemuan KTT G20 di Bali, Indonesia. Zelensky, yang negaranya bukan anggota G20 tetapi diundang atas permintaan sekutu, mengatakan tidak akan datang jika Putin hadir. Ia menegaskan Ukraina tak akan ambil bagian.
“Posisi pribadi saya dan posisi Ukraina adalah jika pemimpin Federasi Rusia ambil bagian, maka Ukraina tidak akan ambil bagian. Kita lihat saja ke depannya seperti apa,” ujar Zelensky.
Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Ukraina mengatakan bahwa Rusia harus dikeluarkan dari Kelompok 20 ekonomi utama dan undangan Putin ke KTT G20 di Bali harus dicabut. Hal itu karena menurutnya Rusia terus menyerang Ukraina.
“Putin secara terbuka mengakui memerintahkan serangan rudal terhadap warga sipil Ukraina dan infrastruktur energi,” tulis Juru Bicara Oleg Nikolenko di Twitter.
Menurutnya, Putin tak boleh duduk satu meja bersama pemimpin dunia. Ia menilai undangan Putin ke KTT G20 di Bali harus dicabut. “Dengan tangannya yang berlumuran darah, dia tidak boleh duduk di meja dengan para pemimpin dunia. Undangan Putin ke KTT Bali harus dicabut, dan Rusia dikeluarkan dari G20,” kata Nikolenko.
(jp)