Wartajakarta.id – Gang sempit di belakang Hotel Hamilton itu sebenarnya tidak cukup untuk berdiri berjajar enam orang. Maklum, lebarnya cuma sekitar 4 meter, sedangkan panjangnya 41 meter.
Tanpa ribuan orang datang untuk merayakan Halloween pun, gang di Itaewon, Distrik Yongsan-gu, Seoul, itu sudah sesak di tiap akhir pekan.
Tempat itu memang salah satu pusat hiburan malam di ibu kota Korea Selatan (Korsel), dengan kanan-kirinya dipenuhi kelab malam, bar, dan restoran.
Jadi, bisa dibayangkan betapa sesaknya ketika sekitar 100 ribu orang meriung di sana pada Sabtu (29/10) malam lalu. Apalagi, kontur tanah di sana menurun.
Korea Times, mengutip sejumlah saksi, melansir sebelum tragedi yang berujung kematian 151 orang, kondisi sudah macet parah di sana. Orang-orang tak bisa lagi berjalan, tertahan berdiri di tempat masing-masing.
Ada kabar, orang-orang yang berdesakan itu berusaha bergerak saat melihat seorang selebriti di salah satu tempat hiburan malam di sana. Seorang korban selamat menyebut dirinya mulai mendengar teriakan sebelum bencana massal terjadi.
Kondisi menjadi kacau balau ketika mereka yang berada di tengah kerumunan mulai terjatuh. Efek domino pun terjadi, orang yang jatuh menjatuhi sebelahnya dan begitu seterusnya.
’’Akhirnya seperti saling dorong. Saya melihat sendiri seorang pria terluka dengan darah di beberapa bagian tubuhnya,” kata saksi mata tadi yang tak disebutkan namanya kepada Korea Times.
Sejumlah saksi mata juga menyebut, mereka yang berada di bagian bawah jalanan menurun itu sudah meneriaki yang di atas. ’’Mundur, mundur,” teriak mereka agar yang di bawah tidak semakin tertimbun.
’’Semua staf dari tempat hiburan malam di sekitar lokasi kejadian keluar dari tempat kerja mereka dan berusaha menolong. Keadaan benar-benar kacau,” kata seorang saksi mata lain.
Sekitar 300 orang mengalami kesulitan bernapas. Kebanyakan korban berusia di bawah 20 tahun atau di awal 20-an tahun. Seol Ye-sol, di antaranya. Sebelum berangkat ke Itaewon, dia meminta uang kepada sang ibu, Ahn Yeon-seon.
’’Dia bilang mau ke Itaewon ketemu pacarnya yang sebentar lagi harus menjalani wajib militer,” kenang Ahn, 55, kepada kantor berita Korsel Yonhap.
Tahu-tahu sekitar tujuh jam kemudian, si pacar menelepon sembari menangis mengabarkan bahwa Seol meninggal. Tubuh gadis 19 tahun itu tertumpuk korban lainnya selama lebih dari satu jam.
Si pacar juga menyebut sudah berusaha menarik Seol keluar, tapi gagal. Jadi, sampai berita ini ditulis, Ahn belum mendapat konfirmasi apakah sang anak benar meninggal atau tidak. Yang pasti, Pemerintah Metropolitan Seoul menyebut bahwa mereka mendapat laporan 2.600 orang hilang terkait tragedi tersebut dan sudah meneruskan laporan itu ke kepolisian.
’’Kini saya masih mencari anak saya,” kata Ahn yang ketika ditemui sedang berada di Rumah Sakit Universitas Soonchunhyang, fasilitas kesehatan terbesar di kawasan sekitar lokasi insiden. (c7/ttg)
(jp)