Wartajakarta.idWartajakarta.idWartajakarta.id
  • Home
  • Jakarta
    • Kepulauan Seribu
    • Jakarta Barat
    • Jakarta Pusat
    • Jakarta Selatan
    • Jakarta Timur
    • Jakarta Utara
  • Nasional
    • Politik
    • Hukum
    • Bisnis
    • Kesehatan
    • Teknologi
  • Dunia
  • Indeks Berita
Search
  • About
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Contact
© 2022-2023 Wartajakarta.id. Berbagi Kabar Seputar Jakarta. All Rights Reserved.
Reading: WHO Sebut Dunia Perlu Kurangi Konsumsi Garam Meja, Ini Alasannya
Sign In
Notification Show More
Wartajakarta.idWartajakarta.id
  • Jakarta
  • Nasional
  • Dunia
  • Hukum
  • Politik
  • Bisnis
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Indeks Berita
Search
  • Jakarta
  • Bisnis
  • Hukum
  • Nasional
  • Dunia
  • Politik
  • Kesehatan
  • Teknologi
  • Indeks Berita
Have an existing account? Sign In
Follow US
  • About
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Contact
© 2022-2023 Wartajakarta.id. Berbagi Kabar Seputar Jakarta. All Rights Reserved.
Wartajakarta.id > Berita > Dunia > WHO Sebut Dunia Perlu Kurangi Konsumsi Garam Meja, Ini Alasannya
Dunia

WHO Sebut Dunia Perlu Kurangi Konsumsi Garam Meja, Ini Alasannya

Wartajakarta.id 10 Maret 2023
Share
4 Min Read
SHARE

Wartajakarta.id – Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tentang pengurangan asupan natrium menunjukkan bahwa planet bumi berada di luar jalur untuk mencapai target dunia dalam mengurangi konsumsi garam sebesar 30 persen pada 2025. Natrium adalah nutrisi penting, tetapi bisa meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan kematian dini bila dikonsumsi berlebihan.

Sumber utama asupan natrium adalah garam meja (natrium klorida), tetapi juga bumbu lain seperti natrium glutamat.

“Pola makan yang tidak sehat adalah penyebab utama kematian dan penyakit secara global, dan asupan natrium yang berlebihan adalah salah satu penyebab utamanya,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Laporan menunjukkan bahwa kebijakan pengurangan natrium wajib hanya melindungi 3 persen populasi dunia, dan 73 persen dari 194 negara anggota WHO tidak memiliki implementasi penuh dari kebijakan tersebut.

“Laporan ini menunjukkan bahwa sebagian besar negara belum mengadopsi kebijakan pengurangan natrium wajib, sehingga membuat warga mereka berisiko terkena serangan jantung, stroke, dan masalah kesehatan lainnya,” tutur Tedros.

Asupan garam rata-rata global diperkirakan 10,8 gram setiap hari, atau lebih dari dua kali lipat rekomendasi WHO yaitu kurang dari 5 gram garam per hari atau satu sendok teh. Laporan itu mengatakan bahwa mengonsumsi terlalu banyak garam dapat menjadi faktor risiko utama untuk diet dan kematian terkait gizi.

Lebih banyak bukti muncul yang mendokumentasikan hubungan antara asupan natrium yang tinggi dan peningkatan risiko kondisi kesehatan lainnya seperti kanker lambung, obesitas, osteoporosis, dan penyakit ginjal.

Menerapkan kebijakan pengurangan natrium yang sangat hemat biaya dapat menyelamatkan sekitar 7 juta nyawa secara global pada tahun 2030, menurut laporan WHO. Kebijakan tersebut dapat mempermudah jalan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan, yaitu penurunan angka kematian akibat penyakit tidak menular.

Namun, saat ini, hanya sembilan negara yakni Brazil, Chile, Republik Ceko, Lithuania, Malaysia, Meksiko, Arab Saudi, Spanyol, dan Uruguay yang memiliki paket kebijakan komprehensif yang direkomendasikan untuk mengurangi asupan natrium.

“WHO menyerukan kepada semua negara untuk menerapkan ‘Best Buys’ untuk pengurangan natrium, dan kepada produsen untuk menerapkan tolok ukur WHO untuk kandungan natrium dalam makanan,” kata Tedros dalam sebuah pernyataan.

Pendekatan komprehensif untuk pengurangan natrium mencakup kebijakan wajib dan intervensi “pembelian terbaik” WHO terkait natrium, yang secara signifikan berkontribusi untuk mencegah penyakit tidak menular.

Lebih lanjut, WHO menyerukan komunitas global untuk mengurangi garam dalam makanan, di antaranya dengan memformulasi ulang makanan agar mengandung lebih sedikit garam dan menetapkan target natrium dalam makanan. Tindakan lain yang dapat dilakukan adalah menetapkan kebijakan pengadaan pangan publik untuk membatasi garam atau makanan kaya natrium di lembaga publik seperti rumah sakit, sekolah, tempat kerja, dan panti jompo.

WHO mendorong pelabelan di bagian depan kemasan yang membantu konsumen memilih produk rendah natrium, komunikasi perubahan perilaku, dan kampanye media massa untuk mengurangi konsumsi garam/natrium.

Negara-negara didorong untuk menetapkan target kandungan natrium untuk makanan olahan yang sejalan dengan Tolok Ukur Natrium Global WHO dan menegakkannya melalui kebijakan itu. Kebijakan pengurangan natrium wajib lebih efektif, mencapai cakupan yang lebih luas, dan melindungi dari kepentingan komersial sambil memberikan lapangan permainan yang setara bagi produsen makanan.

Sebagai bagian dari laporan, WHO mengembangkan kartu skor negara natrium untuk negara anggota berdasarkan jenis dan jumlah kebijakan pengurangan natrium yang mereka miliki.

(jp)

Previous Article Beri Pembekalan pada Dansat, Menhan Prabowo Subianto: Pertahankan Kehormatan Prajurit
Next Article Presiden Jokowi Tinjau Kegiatan Penyampaian SPT di KPP Pratama Surakarta
Leave a comment Leave a comment

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Kabar Terbaru

Ditpolsatwa Polri Gelar Sarasehan Menuju Indonesia Canine dan Satwancara Fest 2025 Jelang Hari Bhayangkara ke-79 dan HUT Polsatwa ke-66
Hukum 3 Juni 2025
Presiden Prabowo Gulirkan Paket Stimulus Ekonomi Rp24,44 Triliun
Nasional 3 Juni 2025
Pemerintah Pastikan Penyaluran Bansos Triwulan II Gunakan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional
Nasional 3 Juni 2025
Mentan Andi Amran Sulaiman Laporkan Swasembada Beras Lebih Cepat dari Target Presiden
Nasional 3 Juni 2025
Inpres Data Tunggal, Pemerintah Perbaiki Penyaluran Bantuan Sosial
Nasional 3 Juni 2025
Kemenkes Upayakan Kepastian Operasional KKHI Makkah untuk Perlindungan Kesehatan Jemaah
Nasional 3 Juni 2025
Tim Amirul Hajj Soroti Kematian Jemaah, Kemenkes RI Susun Strategi Layanan Terpadu
Nasional 3 Juni 2025
Kakorlantas Polri Instruksikan Dirlantas Ajak BUMN dan Proyek Pembangunan Tinggalkan Angkutan tak Sesuai Aturan
Hukum 3 Juni 2025
Presiden Prabowo Tegaskan Komitmen Menuju Indonesia Raya
Nasional 3 Juni 2025
Presiden Prabowo Subianto Tegaskan Pancasila Bukan Sekadar Slogan, Tapi Pedoman Hidup Bangsa
Nasional 2 Juni 2025

You Might also Like

Dunia

Korban Tewas Penembakan di Kampus Michigan Bertambah, Termasuk Pelaku

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 14 Februari 2023
Dunia

Penembakan di Kampus Michigan, Semua Sekolah Negeri Diliburkan

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 15 Februari 2023
Dunia

Mantan Menlu Sebut AS Telah Merusak Hubungan dengan Tiongkok

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 20 Februari 2023
Dunia

Kecemasan Wali Murid di Virginia Dengar Kabar Seorang Guru Tertembak

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 8 Januari 2023
Dunia

Alec Baldwin akan Dituduh Tak Sengaja Bunuh Orang saat Syuting

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 20 Januari 2023
Dunia

Penelitian Sebut 900 Juta Orang Tiongkok Sudah Kena Covid-19

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 15 Januari 2023
Dunia

Waspada 12 Gejala Covid Omicron XBB.1.5 yang Dijuluki Varian Kraken

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 10 Januari 2023
Dunia

Bank Sentral Swiss Siap Selamatkan Credit Suisse

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 16 Maret 2023
Dunia

Erdogan: Dukungan RI Beri Semangat Turki Pulih dari Serangan Bom

Wartajakarta.id Wartajakarta.id 16 November 2022
Show More
Wartajakarta.idWartajakarta.id
Follow US
© 2022-2023 Wartajakarta.id. Berbagi Kabar Seputar Jakarta. All Rights Reserved.
  • About
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
  • Privacy Policy
  • SOP Perlindungan Wartawan
  • Disclaimer
  • Contact
Welcome Back!

Sign in to your account