Wartajakarta.id – Presiden Tiongkok Xi Jinping menyebar propaganda. Dalam kunjungannya ke pusat komando operasi gabungan Komisi Militer Pusat (CMC), Xi meminta Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) fokus pada pelatihan persiapan perang. Xi tidak menyebut bakal berperang dengan siapa. Namun, fokus sasaran bisa jadi diarahkan pada Taiwan.
”Fokuskan semua energi Anda untuk bertempur, bekerja keras untuk berjuang, dan tingkatkan kemampuan agar menang,” ujarnya, seperti dikutip People’s Daily Rabu (9/11) waktu setempat.
Pemimpin 69 tahun itu meminta PLA dengan tegas membela kedaulatan dan keamanan nasional. Sebab, Tiongkok tengah berada dalam situasi keamanan yang tidak stabil.
Pernyataan tentang persiapan perang beberapa kali dilontarkan Xi. Pada 2013, misalnya, sesaat setelah dia menjabat presiden dan juga pada 2017. Namun, para pengamat politik menilai ada peningkatan tensi dalam retorikanya kali ini.
”Dia tengah mengirim pesan pada AS dan Taiwan,” kata pengamat di Jamestown Foundation Willy Lam, seperti dikutip The Guardian. Lam menegaskan, kekuatan militer Tiongkok memang belum setara dengan AS. Namun, keputusan Xi tidak selalu berdasar kalkulasi rasional.
Tiongkok masih berang dengan kebijakan AS yang terang-terangan mendukung Taiwan. Dalam kongres Partai Komunis Tiongkok ke-20 bulan lalu, Xi secara tidak langsung menyerang AS. Dia menyebut campur tangan asing membuat ketegangan kian memburuk.
Setelah kongres, kekuatan Xi di dalam negeri kian besar. Dia menjabat Sekjen Komite Sentral Partai Komunis Tiongkok (CPC), ketua CMC, dan panglima pusat komando operasi gabungan CMC. Dia satu-satunya pemimpin di Tiongkok selain Mao Zedong yang menjabat lagi setelah berkuasa 10 tahun.
Sejak perang di Ukraina pecah, Tiongkok menjadi sorotan negara-negara Barat. Ada kekhawatiran bahwa Tiongkok juga menyerang Taiwan dalam waktu dekat. Terlebih, provokasi yang dilakukan kian gencar. Salah satunya terus melanggar zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan.
Dalam wawancara dengan The Atlantic, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen menegaskan bahwa negaranya sudah bersiap menghadapi invasi Tiongkok. Menurut dia, ancaman Tiongkok adalah sesuatu yang nyata. Karena itu, pemerintah Taiwan tak pernah meremehkannya. ”Jika Tiongkok ingin melakukan sesuatu yang drastis, Xi harus mempertimbangkan kerugiannya. Dia harus berpikir dua kali,” ucap Tsai Ing-wen.
Militer AS dan para pemimpin intelijen memperkirakan, jika memang mau menyerang, Tiongkok bakal melakukannya pada 2017. Sebab, saat itu modernisasi militer Tiongkok sudah meningkat pesat.
Pihak AS harus memutar otak jika perang di Taiwan sampai pecah. Memberikan bantuan tentu memerlukan biaya besar. Perang di Ukraina pun belum menunjukkan tanda-tanda bakal usai. Padahal, di awal pertempuran, Ukraina diyakini bakal kalah dalam hitungan hari.
(jp)