Wartajakarta.id – Hujan deras yang terjadi sejak Rabu (16/11) malam memicu banjir bandang dan longsor di Selangor, Malaysia. Tidak ada korban jiwa, namun ratusan warga harus dievakuasi. Situasi itu terjadi menjelang pemilu Malaysia yang akan digelar Sabtu (19/11).
Departemen Penyelamatan dan Kebakaran menerima telepon darurat dari 27 wilayah terdampak. Di antaranya, Sepang, Hulu Langat, Petaling, Klang, dan Selangor. Laporan longsor juga terjadi di area Kajang yang melibatkan rumah dua lantai. Di Klang, beberapa pohon tumbang dan membuat jalan tertutup.
Sekretariat Komite Penanggulangan Bencana Pasukan Pertahanan Sipil (APM) Selangor telah menyediakan tujuh titik pengungsian yang dibuka sejak Kamis (17/11) pagi. Hal itu untuk mengakomodasi 800 orang dari 200 keluarga.
Ketinggian air di berbagai titik rata-rata mencapai 1 meter. Data 15 stasiun yang dibagikan Departemen Irigasi dan Drainase pukul 10.45 kemarin menunjukkan ketinggian air yang berada di atas tanda bahaya. Yakni, di Sarawak, Pahang, Selangor, Negeri Sembilan, Melaka, dan Johor.
Selangor memiliki banyak lokasi pencatatan ketinggian air karena ada banyak sungai di negara bagian itu. Tepatnya Sungai Semenyih di Hulu Langat serta Sungai Binjai, Sungai Klang, dan Sungai Rasau di Klang.
”Klang, banjir lagi! Kami muak! Apa yang telah dilakukan pemerintah kita untuk mengurangi ini? Pemilihan akan digelar akhir pekan ini, sungguh apakah ini waktu yang tepat?”cuit seorang warganet, seperti dikutip New Straits Times.
Politikus Partai Aksi Demokrasi (DAP) Charles Santiago mengunggah foto-foto banjir di Klang. Dilansir dari Channel News Asia, dia menerima banyak telepon dari warga Klang yang merasa sedih serta khawatir dengan hujan dan banjir. ”Ini 48 jam menuju pemungutan suara,” cuitnya sambil menandai Komisi Pemilihan Umum Malaysia dan Perdana Menteri (PM) Ismail Sabri Yaakob.
Cuitan itu jelas menjadi sindiran bagi KPU dan PM yang mempercepat pemilu di tengah musim hujan. Jika mengikuti jadwal, seharusnya pemilu Malaysia digelar tahun depan. Partai-partai oposisi pun sudah menolak adanya pemilu. Demikian juga sebagian penduduk Malaysia.
Tahun-tahun sebelumnya, bulan November–Maret adalah waktunya hujan deras dan kerap terjadi banjir di berbagai kota. Desember tahun lalu, lebih dari 50 ribu orang terpaksa mengungsi karena banjir. Saat itu Shah Alam menjadi salah satu lokasi terparah. Namun, Ismail yang ditekan partainya, UMNO, tetap membubarkan parlemen dan menggelar pemilu. Kini, apa yang ditakutkan penduduk menjadi kenyataan.
Selangor bukan satu-satunya wilayah yang banjir. Hingga Rabu pagi, total ada 3.196 korban banjir yang berada di 28 pusat evakuasi sementara di enam negara bagian. Yakni, Perak, Selangor, Johor, Kelantan, Melaka, dan Penang. Itu belum termasuk korban banjir di Selangor kemarin. Beberapa politikus datang untuk menemui korban banjir atau menuju lokasi yang terdampak.
Sementara itu, KPU mengeluarkan aturan baru untuk pemilu yang digelar Sabtu. Yakni, tidak boleh membawa telepon seluler ke bilik suara. Para pemilih diminta meninggalkan ponsel di meja petugas sebelum menuju ke bilik suara. Ponsel bisa diambil jika sudah selesai.
Ada sekitar 21 juta penduduk Malaysia yang memiliki hak suara. Terlepas dari banjir di berbagai wilayah, para kandidat tetap menebar umpan agar bisa terpilih. ”Berikan saya (jabatan PM) lima tahun lagi dan saya akan melakukan banyak hal,” ujar Ismail Sabri Yaakob dalam wawancara yang disiarkan secara nasional.
(jp)