Wartajakarta.id – Polisi Jerman melakukan razia besar-besaran pada Rabu (7/12). Sekitar tiga ribu petugas kepolisian, termasuk unit elite antiteror, dikerahkan bersamaan di penjuru negeri sejak pagi. Mereka menggeledah 130 properti di 11 negara bagian federal. Hasilnya, 25 orang diamankan.
Mereka ditangkap di Baden-Wuerttemberg, Bavaria, Berlin, Hesse, Lower Saxony, Saxony, dan Thuringia. Dua di antaranya ditangkap di luar negeri, yaitu di Italia dan Austria. Media Jerman menyebut itu sebagai operasi terbesar pemerintah terhadap kelompok ekstremis.
Ekstremis yang diamankan tersebut merupakan sel teror kelompok ekstrem kanan yang dicurigai merencanakan penggulingan pemerintahan. Mereka tergabung dalam gerakan Reichsbuerger alias penduduk Reich.
Majalah mingguan Der Spiegel melaporkan bahwa salah satu lokasi yang digerebek termasuk barak unit pasukan khusus Jerman KSK di Calw. Dulu KSK pernah diselidiki atas dugaan tentaranya terlibat kelompok sayap kanan.
”Demokrasi telah dipertahankan. Ada kecurigaan bahwa telah direncanakan serangan bersenjata terhadap lembaga-lembaga konstitusi,” ujar Menteri Kehakiman Jerman Marco Buschman seperti dikutip CNN.
Kejaksaan Federal mengungkapkan bahwa kelompok Reichsbuerger yang berdiri sejak akhir November 2021 diduga telah membuat persiapan konkret. Yakni, memaksa masuk ke parlemen Jerman dengan kekerasan menggunakan kelompok bersenjata skala kecil.
Pemimpin mereka diidentifikasi bernama Pangeran Heinrich XIII Reuss dan Rüdiger v.P. Rencananya, Heinrich akan diangkat sebagai pemimpin Jerman jika kudeta berhasil. Dia berusaha melakukan kontak dengan pejabat Rusia untuk membahas tatanan negara baru pascakudeta.
”Para terdakwa dipersatukan oleh penolakan mendalam pada institusi negara dan tatanan dasar demokrasi dari Republik Federal Jerman,” bunyi pernyataan pihak kejaksaan seperti dikutip Agence France-Presse.
Pemburuan anggota kelompok tersebut masih berlangsung. Kejaksaan di Karlsruhe mengungkapkan bahwa mereka telah mengidentifikasi 27 orang lainnya yang merupakan anggota maupun pendukung jaringan teror tersebut.
(jp)