Wartajakarta.id – El Salvador memulai Malam Natal dengan operasi militer terhadap para bandar narkoba di sebuah permukiman di ibu kota San Salvador, Sabtu malam (25/12). 1000 tentara dan 130 polisi pun dikerahkan.
Pemerintah menurunkan ribuan aparat itu sejak matahari terbit, dalam operasi di permukiman miskin Tutunichapa, cuit Presiden Nayib Bukele di Twitter. Pasukan keamanan menangkap 23 tersangka kejahatan di permukiman itu, yang terkenal karena perdagangan narkoba dan pernah digerebek oleh militer pada Oktober 2020.
Pemerintah mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu bahwa mereka telah menemukan sejumlah senjata api, uang tunai lebih dari 10.000 dolar AS, dan “paket mariyuana dan bubuk kokaina (crack) dalam jumlah yang begitu banyak.”
“Semua teroris, pengedar narkoba, dan anggota geng akan dikeluarkan dari komunitas ini. Warga yang jujur tidak perlu takut dan dapat terus menjalani hidup mereka secara normal,” cuit Bukele.
Pemerintah Bukele telah berhasil mengurangi secara drastis angka pembunuhan di negara Amerika Tengah itu, tetapi organisasi nirlaba mengkritik pemerintah atas “pelanggaran” dalam operasi pemberantasan kelompok kejahatan.
Sebelumnya, Presiden El Savador Nayib Bukele pada Sabtu (3/11) mengumumkan bahwa pemerintah mengerahkan sekitar 10.000 personel keamanan ke daerah pinggiran Kota San Salvador, Soyapango, yang dikenal sebagai sarang preman.
Langkah itu merupakan perkembangan terbaru dalam rangkaian tindakan untuk memerangi kekerasan oleh kalangan kelompok penjahat yang mulai berlangsung pada Maret.
Kelompok-kelompok pembela hak asasi manusia mengatakan tindakan seperti itu sudah dinodai dengan penahanan sewenang-wenang.
“Soyapango sudah dikepung seluruhnya,” tulis Presiden Bukele di Twitter pada Sabtu dini hari. Soyapango yang disebutnya itu adalah sebuah kota praja di bagian timur ibu kota El Salvador, San Salvador.
Soyapango dikenal sebagai daerah yang dipenuhi para anggota kelompok penjahat Mara Salvatrucha dan Barrio 18.
“Sebanyak 8.500 tentara dan 1.500 petugas sudah mengepung kota itu, sementara tim-tim dari kepolisian dan angkatan darat yang ditugaskan untuk membasmi para anggota geng berada di sana.”
Perwakilan pemerintah menolak berkomentar soal pengerahan para personel tersebut. Pada foto-foto yang diterbitkan pemerintah, pasukan keamanan terlihat memegang senjata-senjata berat, menggunakan helm serta rompi anti peluru, dan diangkut dengan kendaraan perang menuju daerah itu.
Soyapano memiliki populasi 300.000 orang dan sebelumnya dianggap sulit ditembus oleh para penegak hukum.
Sejak dirinya meluncurkan rencana untuk memerangi kelompok-kelompok penjahat, Bukele telah memerintahkan penahanan terhadap lebih dari 50.000 orang yang diduga sebagai anggota geng.
Bukele menggambarkan para preman tersebut sebagai teroris. Ia menolak memberikan hak prosedur dasar bagi mereka.
Rencana Bukele itu ditujukan untuk menurunkan tingkat pembunuhan di negara Amerika Tengah tersebut menjadi kurang dari dua orang sehari. Sebelumnya pada Maret, warga El Salvador yang terbunuh hanya dalam satu pekan mencapai puluhan orang.
(jp)